java

lihat

Jumat, 05 November 2010

Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja

Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang dipelesetkan, sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut.
Contoh bahasa gaul yang sering dipakai adalah beud, yang berasal dari kata banget. Selain itu Uang, yang berasal dari kata yang. Lalu ada pula kata kakak yang dalam bahasa Inggris adalah sister, menjadi sista, dan brother menjadi 6no tha.
Masih banyak sekali bahasa gaul yang digunakan para remaja dalam percakapan sehari-hari. Penyebabnya adalah kurangnya kecintaan terhadap bahasa Indonesia baku. Namun, tidak semua remaja menggunakan bahasa gaul ini. Yang menggunakannya pada umumnya adalah remaja yang ingin dianggap beken atau tenar di kalangan teman-temannya. Mereka menganggap berbahasa gaul adalah keren, padahal di mata remaja lain gaya bahasa mereka adalah alay.
Alay adalah singkatan dari Anak Layangan, yaitu anak-anak yang dalam berbicara atau menuliskan kata-kata cenderung agak kampungan. Ciri-ciri alay antara lain
Menulis kata disingkat,
seperti "lagi apa?" menjadi "gi pha??"atau "bosen bangefjadi "bsen bgd nh "atau "bosen beud nh".
Memakai simbol tambahan "p@ k@bar L0e/?"atau "hha.. y nh.. lg bosen-" pada kalimat yang ditulisnya.
Menggunakan huruf z di belakang kata "mk bgtz." atau "gurunya malezin yh ".
Di atas adalah sebagian kecil dari ciri-ciri alay. Gaya bahasa ini tidak hanya mereka praktikkan dalam penulisan, namun juga dalam cara berbicara. Ketika mereka berbicara dengan bahasa gaul yang agak sedikit norak itu, terkadang bibir mereka monyong mengikuti kata-kata yang mereka ucapkan. Aksen huruf z pada akhir kata terdengar sangat jelas, sehingga membuat lawan bicara yang tidak memahaminya menjadi pusing.
Bahasa gaul yang digunakan anak remaja alay ini sudah menjalar ke mana-mana. Anak kecil pun mengetahui gaya bahasa ini. Sangat disayangkan sekali, anak kecil yang sebenarnya mampu menyerap banyak kata terpaksa menyerap kata-kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia. Dari sekian banyak bahasa di Indonesia, mengapa bahasa gaul ini yang lebih populer? Apakah karena bahasa Indonesia yang baik dan benar hanya digunakan di kelas saja?

Tugas Orang Tua dan Guru
Sebenarnya ini adalah
tugas bagi orang tua dan guru untuk memperhatikan perkembangan bahasa anak-anaknya. Karena berbahaya sekali jika anak-anak kecil menggunakan gaya bahasa gaul nan alay ini. Mereka bisa menuliskan dan mengucapkannya hingga remaja nanti, sehingga mereka tidak mengetahui yang manakah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bisa saja karena mereka terlalu sering menggunakan bahasa yang norak ini hanya karena ingin gaul dan tenar, lalu mereka mengucapkannya di depan guru, menuliskannya pada lembar jawaban ulangan esai, dan menggunakannya ketika berpidato.
Mengapa demikian?
Karena mereka sudah terbiasa dengan bahasa gaul alay ini, bisa saja mereka lupa dengan bahasa asli bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa gaul nan norak ini banyak sekali digunakan dalam penulisan status Facebook. Di jejaring sosial ini, kita dapat menuliskan status yang menggambarkan keadaan kita. Nah, di sinilah yang menjadi ajang anak layanga=n menunjukkan keberadaannya. Contoh status Facebook anak layangan
Menulis dengan huruf besar dan kecil dalam satu kalimat, contoh SaYaSedAnG TiDAk AdA di RuMah SaaT iNi.
Menulis dengan diselingi angka di dalam kalimat, contoh 54Y4 S4Y4N9 S4m4
K4M03.
Menggunakan tanda baca yang tidak perlu di dalam kali-matnya, contoh
Aq...engga...tauuuu...mauuu..n ulizzz...appaaaaaa.......!?!?!
Menggunakan singkatan-singkatan yang berlebihan, contoh Aq gga da wqtu skrg wt ktmu qm, qm jja yg dtnk k t4 q.
Nah, itulah ciri-ciri anak layangan dalam statusnya di Facebook. Dari situlah bahasa gaul itu merambat ke penulisan dan pengucapan sehari-hari. Kenapa mereka seperti itu?
Alasannya adalah karena ingin mengambil perhatian orang lain, mereka mencari simpati agar diperhatikan de ngan cara yang demikian. Mereka tidak menyadari bahwa membaca tulisan seperti itu sangatlah memusingkan, membuat mata sakit, dan susah memahaminya. Lalu
bagaimana jika mereka menggunakan penulisan seperti itu dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah? Gurunya pasti tidak paham dan itu tidaklah sesuai dengan yang diajarkan di sekolah.
Manusia bisa karena terbiasa. Jika anak-anak remaja itu sudah terbiasa menulis dengan kata-kata yang salah maka selanjutnya akan salah. Hal ini dapat membuat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak dipakai dan mati. Seharusnya remaja membudidayakan berbahasa yang baik, karena kalau bukan remaja, siapa lagi?
Namun, mungkin karena jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah kurang, bisa saja mereka menjadi malas berbahasa yang baik. Atau mereka menganggap guru mereka membosankan, jadi mereka merasa pelajaran bahasa Indonesia pun membosankan, dan mereka tidak peduli dengan tata cara bahasa yang baik dan benar.
Banyak cara untuk membuat remaja menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, antara lain
Membiasakan remaja untuk membaca buku-buku penulis Indonesia.
Berbicara dengan bahasa yang baik kepada anak remaja.
Memperkenalkannya dengan karya sastra sastrawan Indonesia.
Mengajaknya sering-sering berlatih menulis dengan bahasa Indonesia yang baik.
"Rdak mengucapkan bahasa yang kasar kepada anak remaja ketika usianya masih kecil.
Oleh sebab itu, kita sebagai keluarga dan gurunya, semestinya mengawasi penggunaan bahasa pada anak. Jangan sampai mereka terbawa pengaruh yang buruk, yang membuat mereka menggunakan bahasa Indonesia yang buruk pula. Cintailah bahasa Indonesia, karena inilah salah satu kekayaan bangsa kita.
Sumber : http://bataviase.co.id/detailberita-10524806.html













KOMENTAR

Saya sangat setuju dengan tulisan yang berjudul “Penggunaan Bahasa Gaul di
Kalangan Remaja” ini,memang benar pada saat ini penggunaan bahasa Indonesia
dikalangan remaja kita sudah cukup jauh bergeser dari kaidah berbahasa Indonesia yang
baik dan benar ini juga dikarenakan pergaulan mereka yang tidak dibatasi oleh orang tua
masing – masing sejak kecil hingga remaja sehingga penggunaan bahasa yang tidak baku
tersebut terbawa hingga mereka dewasa.dalam hal ini peranan orang tua dan guru
sangatlah penting agar hal seperti ini tidak berlarut – larut sehingga dapat mengikis rasa
tanggung jawab dikalangan remaja terhadap penggunaan bahasa yang baik dan
benar.pembinaan sejak usia dini juga sangat penting untuk diterapkan agar anak – anak
tersebut tidak gampang terpengaruh/ terjebak pada penggunaan bahasa yang tidak baku
atau sering disebut bahasa pasaran.

aku adalah diriku

Aku adalah Diriku

Meski matahariku tak secerah mataharimu...
Tapi itulah matahariku,
meski bungaku tak semekar bungamu...
tapi itulah bungaku,
meski indahku tak seindahmu...
tapi hanya itu indahku,
meski hidupku tak seberuntung dirimu...
tapi itulah hidupku..

ku tahu mataharimu takkan menjadi matahariku,
kutahu bungaku takkan menjadi bungaku,
kutahu indahmu takkan menjadi indahku,
dan ku tahu beruntungmu belum tentu menjadi beruntungku,

tapi satu bagiku belum tentu bagi mu...
tegarmu belum tentu setegar aku,
dan aku bukanlah dirimu
karena aku adalah “diriku”





Cikarang nov- 10















Sumber; mranggayoni

NASIONALISME YANG HAMPIR PUDAR

NASIONALISME YANG HAMPIR PUDAR

Di usia Indonesia yang sudah lebih dari 60 tahun seharusnya Negara kita sudah jauh lebih maju dari Negara – Negara tetangga yang baru merdeka jauh setelah Indonesia merdeka.jika kita berkaca pada usia Negara kita ini,sebagai rakyat Indonesia kita harusnya malu,karena di usia yang telah demikian tua itu perekonomian Negara kita masih dalam kategori Negara berkembang.jika kita mengalihkan perhatian kita pada saudara – saudara kita yang berada di perbatasan – perbatasan wilayah kita dengan Negara tetangga,dengan Malaysia misalnya rasa – rasanya sebutan Indonesia sebagai Negara berkembangpun tidak layak untuk kita sandang untuk di ketahui masyarakat dunia.
Bagaimana tidak, jika kita lihat di daerah perbatasan,seolah – olah Indonesia baru merdeka 10 sampai 20 tahun karena dari segi pembangunan bisa dikatakan daerah itu belum tersentuh sama sekali.jika kita renungkan sejenak bagaimana suatu daerah dapat berkembang jika pembangunan serta akses pendukung untuk dapat berkembang tidak tersedia sama sekali sehingga tidak dapat kita pungkiri masyarakat disana jauh lebih mengenal Negara tetangga ketimbang Negara sendiri,disamping memang akses ke Negara tetangga yang lebih mudah dan terjangkau perhatian pemerinatah pusat untuk mereka juga sangat minim sekali jika di bandingkan dengan daerah – daerah kota besar.
Ini sungguh memperihatinkan tentunya,banyak masyarakat disana yang bersekolah di wilayah Negara tetangga karena disana mereka mendapatkan pendidikan dengan gratis dan diperlakukan selayaknya warga Malaysia,tentu hati kita terhenyak bila melihat keadaan disana mereka seolah merasa bukanlah bahagian dari rakyat Indonesia karena kurangnya perhatian dari pemerintah kita terhadap mereka.sekilas mungkin hal ini terdengar biasa saja tetapi jika kita telisik lebih dalam ini bisa di ibaratkan bom waktu yang siap meledak kapan saja mungkin tinggal menunggu waktu saja.
Ironis memang rakyat indoneisia tetapi lebih mengenal Negara tetangga,tak perlu kita bertanya seberapa besar rasa nasionalisme mereka,seberapa penting arti Negara Indonesia di mata mereka,karena itu merupakan pertanyan yang mungkin sedikit sukar untuk mereka jawab,karena mungkin dihati mereka telah timbul keraguan yang cukup mendalam sehingga mungkin dihati mereka terbersit banyak pertanyaan,apakah kami masyarakat Indonesia?jika jawabannya ia lalu apa yang telah kami dapatkan stelah 60 tahun lebih negara ini merdeka?jangankan berbicara nasionalisme terhadap negaraa Indonesia bicara tentang lagu nasional pun banyak diantara mereka tidak tau jawabannya.
Inlah yang sangat kita khawatirkan nasionalime mereka yang semakin lama semakin terkikis oleh keramahan dan kebaikan Negara tetangga yang ternyata jauh lebih memperhatikan mereka ktimbang Negara mereka sendiri.INDONESIA suatu nama yang bila disebutkan membuat getar hati kita karena teringat akan perjuangan para pahlawan kita dalam membebaskan Negara kita dari belenggu penjajahan yang kian lama,tapi itu dimata kita bagaimana dimata mereka?apakah nama itu berarti dimata mereka?apakah nama itu masih dapat meneguhkan hati mereka betapa mereka bangga akan Negara kita yang begitu besar dan kaya akan perbedaan tetapi tetap dalam satu kesatuan ini?
Rasanya itu menjadi pertanyaan besar untuk pemerintah kita,bagaimana seseorang dikatakan sebagai rakyat Indonesia jika nama presiden nya pun mereka tidak tahu namanya,dan yang lebih memprihatinkan lagi sebagian dari mereka bahkan sudah tidak lancar lagi dalam berbahasa Indonesia, terlepas dari semua itu mereka yang ada diperbatasan sana tidak dapat sepenuhnya untuk kita salahkan ketidak tahuan mereka tentang Indonesia Negara mereka sendiri bukanlah sepenuhnya kesalahan mereka,ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah kita terhadap daerah – daerah yang ada diperbatasan sana.Pemerintah seolah tak pernah belajar dari apa yang telah terjadi dimana sebagian wilayah Negara kesatuan republic Indonesia lepas dan memisahkan diri dari Negara kita.
Sekali lagi ini merupakan masalah yang amat sangat penting untuk dapat cepat diselesaikan oleh pemerintah kita jangan sampai semua menjadi terlambat.Selama 60 tahun lebih Negara ini berdiri entah apa yang sedang dipikirkan para mentri yang mengurus derah terpencil dan perbatasan yang ada di kantor pusat sana padahal waktu yang lebih dari 60 tahun itu bukan waktu yang sedikit rasanya untuk melihat dan memikirkan nasib saudara kita yang ada di perbatasan sana.

GLOBALISASI YANG SIAP MENGHIMPIT


GLOBALISASI YANG SIAP MENGHIMPIT

Jika kita teropong sedikit kedepan maka mau tidak mau,suka tidak suka siap atau tidak siap,persaingan bebas harus kita hadapi.Hal ini adalah sebagai konsekwensi dari Indonesia yang telah menandatangani kesepakatan berlakunya berbagai kawasan perdagangan bebas,dimulainya AFTA (ASEAN Free Trade Area),APEC (Asia Fasific Economic Coorporation) yang mulai berlaku pada tahun 2010 ini dan puncaknya GATT (General Agreement On Trade and Tariff) dan GATS (Gats Agreement On Trade in Service) yang ada dibawah payung WTO (World Trade Organizatation).
Perkembangan ini disatu pihak mengharuskan Indonesia untuk membuka diri kepada dunia internasional terhadap akses bidang – bidang perdagangan barang dan jasa serta aspek – aspek yang menyangkut HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) serta ketentuan penanaman modal ( Investment measures )
Prkembangan ini membuka kesempatn seluas – luasnya kepada Negara kita untuk memasuki pasar dunia,tidak saja pada komoditas tradisional barang – barang export kita tetapi juga pada dukungan sumber daya manusia yang menguasai ilmu computer dan bahasa asing serta memiliki sertifikat dari setiap keterampilan tersebut.
Ironisnya ketika Negara – Negara maju sedang bersiap – siap memasuki Era Globalisasi ini,Negara – Negara di Asia termasuk Indonesia justru dilanda Krisis Ekonomi yang cuku berat,bahkan di Indonesia sendiri kini meluas menjadi krisis politik,social dan budaya.Dengan demikian Negara kita tentu harus melakukan pembenahan atau reformasi total dalam segala bidang untuk membangun masyarakat baru yang menguasai kemampuan ilmu pengetahuan yang cukup agar dapat bersaing dalam memasuki dunia kerja di Era Globalisasi dan untuk seterusnya.
Salah satu kemampuan yang paling utama tenaga kerja untuk menghadapi era globalisasi ini adalah kemampuan di bidang komputerisasi,jika kemampuan dibidang ilmu komputerisasi tidak cukup mahir dan tidak memiliki sertifikat sebagai bukti dari keterampilan tersebut.Perusahaan yang sudah bersekala internasional  tidak dapat menerima tenaga kerja yang tidak memiliki sertifikat computer karena sertifikat untuk saat ini dapat dikatakan merupakan suatu syarat mutlak yang harus dimiliki sebagai bukti / keabsahan dari keahlian yang dimiliki.Karena perusahaan yang telah memiliki standar yang bertaraf internasional tentu sudah tidak dapat menerima pekerja yang tidak memiliki persyaratan yang sesuai standar pekerja internasional.
Lambat laun semua perusahan yang belum memiliki setandar ISO tentu akan berusaha untuk mendapatkan standar ISO sebagai bukti pengakuan dunia internasional terhadap mutu dan kualitas  perusahaan tersebut agar dapat bersaing dengan perusahaan – perusahaan yang lain,jika sudah demikian tentu perusahaan – perusahan tersebut sudah tidak menerima pekerja yang tidak memiliki sertifikasi computer dan tidak lancar dalam penggunaan computer.
Pesatnya teknologi saat ini mengharuskan suatu perusahaan dalam proses recruitmentnya hanya pada sumber daya tenaga kerja yang menguasai kemampuan dibidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) hal ini dikarenakan pada saat ini hampir seluruh teknologi mesin sudah digital,dan hampir seluruh alat bantu kerja sudah tersystem dengan program komputerisasi,sebagai contoh : Mesin mobil sudah banyak yang tersystem dengan computer,Mesin parker kendaraan,Meja gambar sudah dengan teknologi computer AUTO CAD,percetakan sudah dengan program computer Corel Draw,Photo Shop,Mesin jahit dan mesin Bordir sudah dengan system computer,teknologi rumah sakit sudah dengan system komputerisasi mulai dari alat bedah,alat pendeteksi jantung  serta alat medis lainnya,teknologi mesin produksi untuk mesin bubut dan mesin produksi makanan,minuman,kertas semuanya sudah menggunakan system komputerisasi,karena itulah kemampuan dasar dibidang komputerisasi secara mahir bisa dikatakan sudah menjadi syarat mutlak bagi seorang pencari kerja untuk dapat bersaing di era globalisasi ini.
Jika sudah begini tentu kita tau apa yang harus kita lakukan dan perbuat serta persiapkan saat ini untuk dapat menjawab tantangan globalisasi kedepan,karena itu beruntunglah bagi kita yang saat ini sedang belajar serta mendalami ilmu computer,karna setelah kita lulus nanti tentu akan mendapatkan suatu ijazah seagai bukti bahwa kita telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan dibidang ilmu computer yang diharapkan dapat mengisi kebutuhan dunia kerja dan tentunya diharapkan dapat bersaing dalam era globalisasi saat ini.
Kendatipun demikian jangan sampai kita merasa puas dengan apa yang kita dapatkan nanti karena himpitan jaman terhadap teknologi tidak akan pernah berhenti karena persaingan yang kita hadapi bukan hanya sebatas ruang lingkup Negara Indonesia akan tetapi jauh lebih luas.semoga pemerintah kita dapat secepat mungkin berbenah agar masyarakat Indonesia tidak terus terhimpit dan terinjak – injak oleh kerasnya persaingan di era globalisasi ini.